Beberapa waktu lalu, kami membahas pentingnya penerapan ekonomi sirkular di Indonesia, khususnya pada lima sektor kunci yakni: industri makanan dan minuman, tekstil, konstruksi dan pembangunan, perdagangan grosir dan eceran, dan terakhir, peralatan listrik dan elektronik. Walaupun akan ada banyak manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial dari transisi ekonomi ini, masih banyak bisnis di Indonesia maupun pemerintah yang menerapkan model ekonomi linier. Model business as usual yang didasari penggunaan modal serendah-rendahnya untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya.
Pada semua sektor yang disebut di atas, terdapat beberapa tantangan dalam penerapan ekonomi sirkular, contohnya; kesulitan dalam mengubah kebiasaan bisnis dan konsumen, kurangnya infrastruktur yang memadai, kurangnya target transisi yang jelas, belum adanya kerangka hukum yang memadai, kurangnya untung dan belum ada pasar yang mencukupi, serta kurangnya modal.
Dari perspektif industri, terdapat tantangan untuk mencapai titik keseimbangan baru jika harus menerapkan konsep ekonomi sirkular. Mulai dari sektor hulu/produksi pada tahap pengembangan desain produk, prinsip ekonomi sirkular perlu memenuhi kriteria 5R: reduce, reuse, recycle, recovery and repair. Hal ini perlu didukung pemodelan pasar yang berbeda serta menuntut kreativitas dan riset yang tidak sebentar. Selain itu, industri dan sektor yang tidak sejalan dengan prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan juga akan terkena dampak, misalnya dengan hilangnya pekerjaan pada sektor tersebut.
Sebagai tanggapan atas tantangan ini, pemerintah bisa memberi investasi tambahan pada industri dan sektor tertentu. Agar ekonomi sirkular dapat berjalan di Indonesia, pemerintah perlu memberi dukungan kepada industri, salah satunya melalui investasi yang masif serta menyediakan infrastruktur yang selaras dengan konsep ekonomi sirkular. Namun, jumlah investasi tidak kecil – diperkirakan akumulasi investasi yang dibutuhkan untuk penerapan model ekonomi sirkular mencapai Rp. 308 triliun sampai dengan tahun 2030. Selain dukungan dalam bentuk investasi, pemerintah juga perlu merancang regulasi penerapan konsep ekonomi sirkular dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) berikutnya yang mencakup tahun 2025-2029 dan juga Action Plan atau Roadmap yang lebih terperinci.
Walaupun ada beberapa tantangan dalam implementasi ekonomi sirkular di Indonesia, masih banyak juga ruang untuk kolaborasi antara pemerintah, sektor industri dan komunitas untuk mensukseskan transisi ekonomi nasional. Sudah tidak diragukan lagi banyaknya keuntungan yang bisa Indonesia capai melalui ekonomi sirkular, baik dari manajemen pengelolaan sampah yang lebih optimal serta penguatan rantai pasok. Konsep ini tentu berdampak baik bagi kelestarian lingkungan karena mengurangi produksi dengan cara eksploratif. Alam yang terbatas dan beberapa sumber daya alam tidak terbarukan dapat dipergunakan secara efisien agar di masa depan anak cucu kita masih bisa memanfaatkannya.
Kamu sebagai konsumen juga punya peran tersendiri untuk mendorong ekonomi sirkular! Kamu dapat merubah kebiasaan – seberapapun kecilnya itu. Contohnya, membawa tas sendiri saat belanja dan tidak menggunakan kemasan plastik. Hal ini dapat membantu penerapan ekonomi sirkular di Indonesia dan juga mengurangi limbah yang semakin bertambah.
Mau tau langkah kunci apa lagi yang diperlukan dalam implementasi ekonomi sirkular? Simak di artikel selanjutnya!
Author: Isti’anatul Muflihah
Editor: Indira Zahra-Aridati
|
Jakarta Office:
Jalan Taman Patra III No. 2 Kuningan, Jakarta Selatan 12950
|
|
Yogyakarta Office:
Jl. Dewi Sartika No. 9, Terban, Kec. Gondokusuman, Yogyakarta 555223
|
|
hello@pijarfoundation.org |
Let’s be Pijarian, Let’s be heroes for Indonesia’s sustainable & equal future!
|
|
|
Stay connected to the future through Pijar. Let's collaborate, let's be Pijarian!