Peran Teknologi dalam Peningkatan Ketahanan Pangan

Insights
Mar 19, 2022
teknologi pangan

Menurut Lesley Goh, Penasihat Teknologi Senior di Bank Dunia, agrikultur atau pertanian adalah sektor yang masih kurang terdigitalisasi di Indonesia. Ada banyak peluang pembangunan dan produktivitas yang bisa dicapai melalui adopsi teknologi pada sektor ini. Penggunaan teknologi bisa mendorong pembangunan model bisnis baru yang dapat membantu meningkatkan hasil pertanian, efisiensi, pendapatan, dan profitabilitas. Contohnya, melalui peningkatan akses internet, artificial intelligencemachine learningcloud computingInternet of Things, dan juga proses blockchain.

Penerapan teknologi digital bermanfaat untuk menyebarkan informasi, utamanya teknologi kepada petani. Teknologi tersebut akan menjadi jembatan perantara petani dan pembeli, serta dapat memudahkan akses modal untuk menunjang produktivitas. Upaya ini mendukung terbentuknya manajemen rantai pasok yang rapi untuk mengoptimalisasi telusur produk demi keamanan pangan yang lebih terjamin dan terstandarisasi melalui sertifikasi.

Untuk mengoperasionalkan dan memanfaatkan ekosistem pertanian digital sepenuhnya, sistem harus dikembangkan dengan mempertimbangkan infrastruktur digital dan keras (digital and hard infrastructure). Pertama, dibutuhkan infrastruktur digital yang memadai seperti data tanah, cuaca, juga jumlah petani aktif. Dalam skala makro, pemerintah harus mengumpulkan data tersebut sebagai dasar pengambilan kebijakan pertanian. Kedua, infrastruktur dan perangkat keras juga dibutuhkan untuk mendukung teknologi digital di bidang agrikultur, mulai dari droneGeographic Information System (GIS), sensor tanah untuk deteksi masa panen yang dilengkapi software seperti data capture tools, field agent management tools, dan blockchain platforms.

Saat ini, Indonesia sedang sedang mengembangkan ekosistem AgriTech atau teknologi untuk agrikultur yang dinamis dalam lima model bisnis utama, yakni: memberi nasihat kepada para petani, pinjaman peer-to-peer, sistem pelacakan, pasar digital, dan peningkatan mekanisasi. Peningkatan investasi untuk modernisasi sistem pangan akan membuat sektor ini menjadi lebih efisien, dan adalah salah satu kunci untuk meningkatkan produksi pangan negara.

Selain peningkatan produktivitas, inovasi teknologi juga dapat meningkatkan partisipasi generasi muda di sektor pertanian yang sekarang masih minim. Salah satu penyebabnya adalah pendapatan dari pertanian konvensional yang sering dihasilkan secara periodik (mengikuti masa panen dan tanam). Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan penyediaan akses dan pelatihan untuk meningkatkan penggunaan teknologi digital. Selain itu, pemerintah bisa kerjasama dengan sektor privat untuk membangun pilot project pertanian dengan model greenhouse yang dapat menyediakan perolehan perhari, atau daily income.

Meski sudah ada beberapa perusahaan AgriTech di Indonesia, agar dapat berkembang lebih pesat, dibutuhkan aksi dari semua pihak. Mulai dari konsumen sampai produsen, dan juga pemerintah. Pemerintah utamanya dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh dan sesuai dengan visi pembangunan berkelanjutan. Hal ini memerlukan investasi dalam skala besar. Investasi yang dimaksud baik infrastruktur maupun teknologi dapat dimulai dengan mewujudkan iklim ekonomi yang kondusif melalui dukungan regulasi yang sesuai visi.

Dengan adanya regulasi yang mendukung dan peningkatan investasi di bidang infrastruktur, transformasi digital dalam sektor agrikultur dapat menjadi kunci untuk mengatasi ketahanan pangan, pengurangan pemborosan makanan, pertanian berkelanjutan, dan krisis iklim.

Author: Isti’anatul Muflihah

Editor: Indira Zahra-Aridati

Recent Posts

Trilema Bakal Calon Presiden Indonesia 2024, Trilema Energi

Opini oleh Huud Alam, Enterprise Implementation Specialist di Zeroe dan Fellow di Global Future Fellows on Energy. Artikel pertama kali dipublikasikan oleh CNBC. Suasana jelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 terasa semakin hangat. Masyarakat...

Towards an equitable EU–ASEAN green deal

Written by Brasukra G Sudjana, Vriens and Partners, and Cazadira F Tamzil, Pijar Foundation. Originally published in the East Asia Forum  The European Green Deal has caused concerns among emerging markets, especially ASEAN member states. The Green Deal is an array of...

Menciptakan Ekosistem Berkelanjutan bagi Cendekia-Wirausaha

Opini oleh Ruth Angela Christie Kirana, Manajer Program Lestari. Artikel dipublikasi pertama kali oleh CNBC. Jalan menuju Generasi Emas 2045 akan dipenuhi dengan disrupsi. Oleh karena itu, para pemikir muda yang berjiwa wirausaha sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan...